Mengenal Kitab Lisan Al-Mizan Karya Ibn Hajar Al-Asqolani



Mengenal Kitab Lisan Al-Mizan Karya Ibn Hajar Al-Asqolani
Nur Khasanah
Ahmad Damanhuri
Nur Maulidatus Sholekhah
Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran
A. Pendahuluan
Pada era perkembangan kemajuan hazanah keilmuan Islam dan setelah runtuhnya Baghdad sebagai pusat kota kebudayaan Islam karena diserang bangsa Tartar, menyebabkan pusat kebudayaan Islam beralih ke negeri Syam (Syria) dan Mesir. Ketika itu ulama-ulama terkemuka di Baghdad pindah ke dua negeri tersebut. Di sana mereka mengembangakan ilmu pengetahuan  yang mereka miliki, sehingga pada abad-abad berikutnya kedua negeri tersebut banyak terlahir ulama-ulama ternama. Diantaranya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani banyak disebut ssebagai ulama terbesar di masa itu. Tadwin jarh wa ta’dil pada abad ke dua hijriah, orang pertama yang membuat kitab: Abdur Rahman Ibn Mahdi dan Yahya Ibn Said al-Qottan (w. 198 H), abad ke 3: Ali Ibn al-Madini (w. 234 H), Ibn Sa’d (w. 230 H), Ibn Muin (w. 233 H), Ahmad Ibn Hambal (w. 241 H). Al-Hafidz mengarang 3 kitab tentang mizan: Dzail al-Mizan: berisi sekitar 2000 biografi, Tahrir al-Mizan: berisi tentang penjelasan yang diragukan, Lisan al-Mizan: yang paling terakhir, paling mencukupi dan paling jelas. Pada pembahasan kali ini kita berupaya mempelajari pola-pola yang digunakan Ibnu Hajar dalam penulisan kitab Lisan al-Mizan.

B. Mengenal Ibnu Hajar Al-Asqalani (773-852 H)
            Jika inggin meneliti dan membongkar suatu karya ilmiah yang berupa tulisan, harus lah mengetahui dan mengenal tentang siapa penulisnya, maka langkah awal untuk memahami kitab Lisan al-Mizan adalah mengenal pengarangnnya, yakni Ibnu Hajar al-Asqalani yang terkenal dengan panggilan al-Hafidz.
            Ibnu Hajar al-Asqalani memiliki nama lengkap Ahmad Ibn Ali Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Mahmud Ibn Ahmad Ibn Hajar al-Kanani al-Asqalani al-Misri. Beliau adalah seorang ulama besar bermadzhab Syafi’i, yang diberi gelar oleh ketua para Qadhi, syaikhul Islam, Al-Hafidz Al-Muthlak (seorang hafizh secara mutlak), Amirul Mukminin dalam bidang hadits. Julukan beliau adalah Syihabuddin dengan nama panggilan (kunyah-nya) Abu Al-Fadhl. Beliau dilahirkan tanggal 12 Sya’ban tahun 733 Hijriyah dipinggiran sungai Nil di Mesir kuno. Tempat tersebut dekat dengnan Dar An-Nuhas dekat masjid Al-Jadid.[1]
Ibnu Hajar tumbuh dan besar sebagai anak yatim, ayah beliau meninggal ketika ia masih berumur 4 tahun dan ibunya meninngal saat ia balita. Setelah ayahnya meninggal, ia diasuh oleh Az-Zaki Al-Kharubi (w. 787 H). Pada usia lima tahun Ibnu Hajar masuk Al-Maktab (sekarang TPA) untuk menghafal al-Qur’an didampingi gurunya yang bernama Syamsudin Ibn Al-Alaf yang saat itu menjadi gubernur Mesir dan juga Syamsudin Al-Athsury. Akan tetapi beliau belum berhasil menghafalkan al-Qur’an sampai beliau diajar oleh seorang ahli fikih dan pengajar sejati yaitu Shadruddin Muhammad Ibn Muhammad Ibn Abdurrozak As-Safithi Al-Muqri’. Kepada beliaulah Ibnu Hajar mampu mengkhatamkan hafalan al-Qur’anya ketika berumur 9 tahun.  Pertama kali ia mempunyai kesenangan meneliti kitab-kitab sejarah (Tarikh), lalu beliau meghafal nama-nama perawi dan keadaanya. Kemudian meneliti bidang sastra Arab tahun 792 H, dan menjadi pakar dalam syair dan hadits. 

C. Karya-Karya Ibnu Hajar
Ibnu Hajar tergolong ulama yang produktif dan banyak menghasilkan karya-karya dalam keislaman. As-Syakhrawi dalam kitabnya ad-Durar menyebutkan karya Ibnu Hajar mencapai lebih dari 270. Beliau berkarya dalam banyak bidang Diantaranya dalam bidang ulum al-Qur’an: Asbab an-Nuzul, al-Itqon Fi Jam’i al-Ahadist Fadhail al-Qur’an, Ma fi Waqa’a al-Qur’an min Ghair Lughat an-Nazhar. Dalam bidang ulmum al-hadist beliau menulis Nukhbat al-Fikr, Nuzhat an-Nazhar an-Nukat. Dalam bidang fiqh beliau menulis Bulug al-Maram. Dalam bidang syarah hadist beliau menulis Fath al-Baari. Dalam bidang rijal beliau menulis Tahdzib at-Tahdzib, Taqrib at-Tahdzib, Lisan Mizan dan al-Ishabah.[2] dan banyak lagi buah hasil pemikiran beliau yang tidak kami sebutkan secara rinci.

D. Para Guru Ibnu Hajar
            Menurut Ibnu Khalil Ad-Dimasyqi dalam kitab Jumaan Ad-Durrar (hlm. 12-24) yang ditulis beliau, jumlah para guru beliau mencapai 450 orang. Berikut adalah sebagian dari guru Ibnu Hajar dalm bidangnya masing-masing.
1.      Imam at-Tanukhi (w. 800 H) dalam bidang Qiroat.
2.      Az-Zein al-Iraqy (w. 806 H) dalam bidang hadits dan yang beraitan langsung denganya.
3. Al-Haitsamy (w. 807 H) dalam bidang penghafalan dan penguasaan buku-buku matan/pegangan dasar ilmu.
            Ibnu Hajar sangat memperhatikan para gurunya dengan menyebut nama-nama mereka dalam karya-karyanya. Beliau menyebut nama-nama mereka dalam dua kitab yaitu: Al-Mu’jam Al-Muasis lil Mu’jam Al-Mufahris dan Al-Mu’jam Al-Mufahris.

E. Studi Kitab Lisan al-Mizan
a. Sekilas Tentang Kitab Lisan Al-Mizan
            Kitab Lisan Al-Mizan adalah kitab yang membahas tentang para perawi hadits. Kitab ini ditulis oleh Ibn Hajar al-Asqolani. Kitab Lisan Al-Mizan sendiri merupakan kompilasi[3] dari gurunya yaitu Imam adz-Dzahabi. Dari segi penulisannya, dapat dilihat bahwasannya kitab ini ditulis oleh seorang ahli dalam ilmu hadits. Karya ini sebagaian besar didasarkan pada karya Imam adz-Dzahabi yang terpopuler, yaitu Kitab Mizan al-I’tidal. Baliau menambahi
            Kitab ini terdiri dari sepuluh juz. Bagian juz pertama, berisi tentang pembahasan yang mengenai biografi Ibnu Hajar. Di dalam juz ini membahas mulai dari tanggal lahir, tempat lahir, nasab, guru, murid-murid, dan karya-karyanya hingga wafatnya beliau. Pembahasan berikutnya tentang perawi-perawi yang diawali dengan huruf hamzah seperti Adam, Abhan, sampai Ayyub. Bagian juz kedua,yaitu membahas lanjutan dari juz pertama, yang dimulai dari perawi abjad ب ـ ز. Bagian jus ketiga, yaitu membahas lanjutan dari juz dua, dalam juz ini pembahasan dimulai dari abjad س ـ ع. Bagian juz keempat, yaitu membahas lanjutan dari juz tiga. Dalam juz ini hanya membahas perawi yang berlambang abjad ع ـ ل. Bagian juz kelima, yaitu membahas lanjutan dari juz empat yang di dalamnya membaha nama peraawi yang memiliki awalan abjad م. Bagian juz keenam, juz ini merupakan lanjutan dari juz lima. Dalam juz ini membahas perawi yang berinisial abjad ـ ي. Ketujuh, berisi huruf م. kedelapan, م-ى Bagian juz kesembilan bagian juz ini berbeda dengan juz yang lain. Di dalam juz ini terdapat tiga pokok bab, yaitu: Nama-nama Kuniyah Perawi, Al-Mubhamaat, ada tiga sub bab pembahasan yaitu tentang Nasab, Masyhur, dan Laqob. Al-Mukhtashor minal Mizan. Kesepuluh, halaman keseluruhan kitab.
            Biografi yang disajikan oleh Ibnu Hajar adalah: nama, laqob, meriwayatkan dari, pendapat para ulama tentang perawi.
F. Struktur Pembagian Kitab karangan Ibnu Hajar
Lisan al-Mizan terhimpun dalam 10 jilid yang secara umum terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama: membahas biografi rawi- rawi yang diurutkan berdasarkan alfabetis (al-manhaj al-mu’jam) dari alif sampai ya.[4] Rinciannya sebagai berikut:
Jilid
Alfabet
Urutan perawi
Halaman jilid
1
ا
1-919
654 halaman
2
ا-ح
920-2173
646 halaman
3
ح-ز
2172-3327
549 halaman
4
س-ع
3328-4451
637 halaman
5
ع
4452-5453
417 halaman
6
ع-م
5454-6522
456 halaman
7
م
6523-7597
576 halaman
8
م-ي
7598-8731
578 halaman

Bagian kedua: membahas tentang kunyah-kunyah kemudian tentang yang mubham. Dalam bagian kedua terdapat tiga fasl: pertama, nasab para rawi. Kedua, perawi yang terkenal julukannya. Ketiga, perawi yang namanya berupa idhafah.[5]

Bagian ketiga: membahas tentang tajrid, beliau tidak menyebutkan perawi yang sudah dicantumkan dalam kitab Tahdzib al-Kamal.[6] Ia hanya menyebutkan namanya saja tidak dengan biografinya.

b. Metode dan Sistematika penyusunan kitab Lisan al-Mizan
Ibnu Hajar rahimahullah menyusun kitabnya dengan sistematika alfabetis (tartib ‘ala huruf al-mu’jam) sebagaimana yang dilakukan ad-Dzahabi.[7] Selanjutnya pengurutan tersebut diterapkan dalam nama-nama ayah perawi, kemudian setelah itu ia menjelaskan nama-nama kunyah ( julukan ) para perawi, lalu siapa saja perawi yang populer karena ayahnya, kemudian menjelaskan silsilah keturunannya, menjelaskan perawi yng namanya masih majhul dari kalangan laki-laki dan perempuan, lalu menyebutkan nama-nama kunyah perawi perempuan dan diakhiri dengan perawi tanpa nama namun diidentifikasi dengan kata walidatu fulaan.[8] Secara umum, Metode dan sistematika kitab Lisan al-Mizan ialah:

a.       Menggunakan  sistematika mu’jam (alfabetis) dalam mengurut para perawi.
Hal ini dimaksudkan supaya lebih mudah diakses. Sistem alfabetik ini juga digunakan dalam mengurut nama ayah perawi. Selanjutnya terkadang juga disebutkan kunyah perawi dan runtutan nasabnya. Tak lupa ia juga menyebutkan beberapa guru perawi secara ringkas, baru kemudian ia menguraikan kritikannya terkait problem yang dimiliki si perawi tanpa menjangkau wilayah isnad.

b.      Mencantumkan rumusan-rumusan tertentu
Rumusan-rumusan tersebut adalah :
1.      (ز,زذ)kode untuk menunjukan tambahan dari Ibnu Hajar, bukan pengambilan dari kitab Dzail al-Mizan maupun Mizan al-‘itidal.[9]
2.      (انتهي)  kode yang menunjukan bahwa ia tidak menambahi komentar ad-Dzahabi[10]
3.      (ذ) kode untuk menunjukan pengambilan dari kitab Dzail al-Mizan karya al-‘Iraqi.[11]
4.      (ك) kode untuk perawi yang telah disebutkan dalam Shohihain.[12]

5.      (حب) kode untuk menunjukan pengambilan dari kitab Shahihn Ibnu Habban.[13]

6.      (ص) kode yang digunakan dalam bab kunyah yang pengambilannya dari kitab asal yakni al-Mizan.[14]
7.      (صح) kode yang digunakan untuk perawi yang perkataan dan perbuatannya tdapat dipercaya.[15]

8.      (ه) kode yang digunakan dalam fasl tajrid yang menunjukan perbedaan pendapat para ulama.[16]

9.      (تمييز) kode untuk biografi Abdullah Ibn Rauh al-Madain.[17]
Dalam penulisan karyanya, Ibnu hajar juga menggunakan istilah yang digunakan oleh ad-Dzahabi, diantaranya ialah:
1.      Penggunaan istilah shoha[18]
2.      Hanya memuat himpunan dari beberapa biografi perawi yang bermasalah
3.      Penggunaan kata “majhul”
4.      Mengkategorikan bid’ah pada dua macam: sugra dan kubra
5.      Protes terhadap riwayat yang tertolak dan yang termasuk dalam kategori bid’ah[19]

c.       Kriteria Ibnu Hajar dalam Menghimpun Perawi
Terdapat tiga kriteria yang digunakan Ibnu Hajar dalam menghimpun kitab: pertama, beliau menyebutkan semua biografi rawi yang ada pada kitab al-Mizan, beda halnya dengan biografi yang tercantum dalam kitab Tahdzib al-Kamal karya al-Mazyi.[20] Kedua: membuang biografi yang tercantum dalam karya al-Mazyi.[21] Ketiga, tidak menyebutkan biografi para sahabat karena mereka dianggap adil. Kriteria ini sama dengan yang digunakan ad-Dzahabi.[22]

G. Penutup
            Untuk mencari biografi para periwayat hadist butuh karya yang berisi tentang biografi para perawi, salah satunya kitab Lisan al-Mizan ini. Setidakny kita telah mengetahui bagaimana cara pengunaan kitab ini. Untuk itu kita bisa lebih mudah untuk mengakses perawi dan kita jadi mengetahui rumusan yang digunakan dalam penulisan kitab ini. Semoga apa yang kami sajikan setidaknya turut membantu, kami menyadari banyak kekurangan dan kehilafan dalam penulisan paper ini, maka kami mohon kerja samanya untuk membenahi dan mengoreksi bila mana ada penulisan atau pembahasan tidak cocok seperti hasil bacaan pembaca, mohon untuk mengingatkan.


DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzahaby, Mizanul I’tidal ; muqaddimah muhaqqiq, Juz. 1, tp,tt,tt.

As-Sakhaawi, Adh-Dahu’ Al-Laami’2/36, tp, tt, tt,

Asy-Syaukani, Al-Badr At-Thali 1/87, tp, tt, tt,

Hajar al-Asqalani, Ibnu, Lisan al-Mizan, Libanon: Dae al-Basyair al-Islamiyah, 2002.

KBBI


[1] Adh-Dahu’ Al-Laami’ karya Imam As-Sakhaawi 2/36 no. 104 dan Al-Badr At-Thali karya Asy-Syaukani 1/87 no. 51).
[2] Ibnu Hajar al-Asqalani, Lisan al-Mizan (Libanon: Dae al-Basyair al-Islamiyah, 2002) hal. 68.
[3] Kompilasi menurut KBBI adalah Kumpulan yang tersusun secara teratur (tentang daftar informasi, karangan dan sebagainya).
[4] Ibnu Hajar al-Asqalani, Lisan al-Mizan ..........., hal. 85.
[5] Ibid.
[6] Ibid., hal. 86.
[7] Ibid
[8] Adz-Dzahaby, Mizanul I’tidal ; muqaddimah muhaqqiq, Juz. 1, hlm. 86.
[9] Ibnu Hajar al-Asqalani, Lisan al-Mizan .........., hal. 87.
[10] Ibid.
[11] Ibid., 97
[12] Ibid., 97-98
[13] Ibid., 99
[14] Ibid.
[15] Ibid
[16] Ibid
[17] Ibid
[18] Di samping itu juga terdapat suatu rumus yang berarti seluruh komentar mengarah kepada ke-tsiqahan perawi :  ( صح) yang dicantumkan di permulaan nama perawi.
[19] Ibnu Hajar, Lisan Mizan........ hal. 84.
[20] Ibid., hal. 88.
[21] Ibid., hal. 88-89.
[22] Ibid., hal. 90.

Komentar

Posting Komentar